Waspada, Kemarau Datang Lebih Awal
NA, Jakarta (9 Maret 2023) – Badan Meteorlogi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim kemarau tahun 2023 akan tiba lebih awal, dan puncaknya diprediksi terjadi pada Agustus 2023. Sementara, curah hujan yang terjadi selama kemarau diprediksi akan normal hingga lebih kering dibandingkan biasanya.
Meski demikian, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan, kondisi tersebut bervariasi untuk setiap daerahnya. Ada yang lebih awal, tetap seperti normalnya, dan ada juga daerah yang mundur. “Wilayah yang akan mengalami musim kemarau lebih awal pada bulan April mendatang meliputi Bali, NTB, NTT, sebagian besar Jawa Timur. Adapun wilayah yang memasuki musim kemarau pada bulan Mei meliputi sebagian besar Jawa Tengah, Yogyakarta, sebagian besar Jawa Barat, sebagian besar Banten, sebagian Pulau Sumatera bagian selatan, Papua bagian selatan,” ungkap Dwikorita, melalui siaran pers BMKG yang diterima redaksi negeriair.com, Rabu (8/3).
Sementara itu, Lanjut dia, wilayah yang baru memasuki musim kemarau pada bulan Juni meliputi Jakarta, sebagian kecil Pulau Jawa, sebagian besar Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, sebagian besar Riau, sebagian besar Sumatera Barat, sebagian Pulau Kalimantan bagian selatan, dan sebagian besar Pulau Sulawesi bagian utara.
Dwikorita juga mengimbau agar Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, institusi terkait, dan seluruh masyarakat untuk lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak musim kemarau. Hal ini terutama untuk wilayah-wilayah yang mengalami sifat musim kemarau bawah normal (lebih kering dibanding biasanya).
“Wilayah tersebut diprediksi mengalami peningkatan risiko bencana kekeringan meteorologis, kebakaran hutan dan lahan, dan kekurangan air bersih. Perlu aksi mitigasi secara komprehensif untuk mengantisipasi dampak musim kemarau yang diperkirakan akan jauh lebih kering dari tiga tahun terakhir,” imbuhnya.
Selain itu, pemerintah daerah dan masyarakat juga diimbau untuk dapat lebih optimal melakukan penyimpanan air pada akhir musim hujan. Ini dapat dilakukan dengan memenuhi danau, waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya di masyarakat melalui gerakan memanen air hujan.