13 Juta Penduduk Ukraina Kehilangan Akses Air Bersih Akibat Perang
NA, Jakarta (18/3). Setahun lebih dua bulan perang Rusia-Ukraina telah berkecamuk. Korban jiwa berjatuhan, infrastruktur banyak yang luluh lantak. Namun, perang dua negara yang dahulu tergabung dalam satu negara Uni Soviet belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir.
Perang ini diyakini tidak hanya menimbulkan bencana kemanusian dan kerusakan untuk masyarakat setempat dan di masa kini saja. Ada dampak mengerikan dalam jangka yang lebih panjang, dengan jangkauan yang jauh lebih luas.
Kita tahu, sisa-sisa perang berupa amunisi, bom, ranjau, dan sebagainya yang menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya bisa saja mencemari tanah, udara, dan air di Ukraina. Terlebih, pada konflik ini situs-situs sensitif milik Ukraina kerap menjadi target penembakan Rusia.
Menurut data dari Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau United Nations Environment Programme (UNEP), konflik ini telah menimbulkan kerusakan pada sejumlah pembangkit listrik tenaga nuklir, infrastruktur minyak dan gas, platform pengeboran bawah tanah, jaringan pipa distribusi, tambang batu bara, dan situs agroindustri. Ledakan di lokasi tersebut kemudian telah melepaskan zat berbahaya ke udara, termasuk pelarut, pupuk, dan asam nitrat (UNEP, 2022).
Senada, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dalam pidatonya di depan parlemen Selandia Baru belum lama ini mengklaim, serangan yang dilakukan Rusia juga telah mencemari sungai-sungai di negaranya. Dampak buruk dari kondisi tersebut kini telah tampak jelas ke permukaan.
United Nation International Childern’s Emergency Fund (Unicef) melaporkan, sekitar 13 juta lebih penduduk Ukraina kekurangan akses air sehat untuk kebutuhan sanitasi dan kebersihan akibat tercemar timbal dan logam berat. Akibatnya, risiko kemunculan dan penyebaran penyakit seperti kolera, campak, infeksi saluran pernapasan akut (ispa) juga meningkat.
Dikutip dari liputan6.com, meningkatnya penyebaran penyakit dan korban perang ini paralel dengan meningkatnya angka kematian Office of the High Commisioner for Human Rights (OHCHR) mencatat, sebanyak 17.000 lebih korban jiwa jatuh akibat perang dan persebaran penyakit.
Dampak global
Jamak diketahui, Ukraina adalah satu lumbung pangan dunia. Maka, ketika perang pecah dan rantai pasok pangan dunia terhambat warga dunia pun banyak yang terancam kelaparan. Dampak itu sudah dirasakan saat ini, ketika perang masih berkecamuk.
Rusaknya lingkungan dan pencemaran tanah dan air di Ukraina akibat residu perang juga pada akhirnya mengancam kesehatan manusia di dunia di masa depan. Polusi tanah berakibat pada hilangnya lahan subur untuk pertanian, berkurangnya tutupan hutan, dan berkurangnya makanan ternak yang digembalakan.
Selain itu, polusi tanah juga akan menyebabkan hilangnya humus, air tanah menjadi beracun, dan lainnya. Jika ini terjadi, manusia di dunia dapat mengalami konsekuensi negatif yang dapat memengaruhi kualitas hidup dan kesehatan.
Bahan kimia beracun mencapai tubuh manusia melalui bahan makanan bila ditanam di tanah yang tercemar. Bila terpapar limbah dari air yang tercemar dan tanah yang terkontaminasi polutan manusia dapat terkena gangguan pernapasan, penyakit kulit, hingga kanker. Sungguh mengerikan dampak perang ini.
RS-KPJ/negeriair.com