Indonesia Mulai Dilanda Krisis Air
NA, Jakarta (16/6). Memasuki musim kemarau tahun ini, ancaman krisis air yang telah diwanti-wanti sedari awal tahun kini mulai terjadi. Berkurangnya tingkat curah hujan, mengakibatkan terjadinya kekeringan. Dampaknya, sejumlah daerah di Indonesia mulai kekurangan air bersih untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Krisis air sudah dirasakan di Kecamatan Tallo, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Di wilayah ini, krisis air bersih bahkan sudah terjadi bertahun-tahun. Selain karena faktor iklim, banyak faktor lain yang menyebabkan krisis air di daerah ini tidak kunjung teratasi.
Selain Makassar, daerah lain pun mulai terancam kekurangan air bersih. Di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat mencatat, sebanyak 21 Desa Di Kabupaten Sumbawa terancam krisis air bersih. “Kami catat ada 21 desa di 9 kecamatan akan terdampak kekeringan,” demikian disampaikan Kepala BPBD Sumbawa Muhammad Nurhidayat, seperti dikutip dari kompas.com.
Ancaman serupa juga mengintai beberapa wilayah di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. BPBD setempat memperkirakan, setidaknya ada tiga desa yang akan terdampak kekeringan dan mengalami krisis air bersih.
“Tiga desa krisis air bersih, yaitu di Desa Kunjorowesi, Desa Manduro Manggung Gajah, Kecamatan Ngoro serta Dusun Duyung, Kecamatan Trawas,” ujar Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Mojokerto Djoko Supangkat.
Bahkan, krisis air bersih juga telah melanda beberapa titik di Daerah Khusus Ibu kota Jakarta. Masyarakat di dua lokasi, yakni Rumah Susun (Rusun) Marunda, Cilincing, dan Rawa Badak Utara, Koja, Jakarta Utara, sudah menjerit karena permasalahan krisis air. Jamak diketahui, di dua lokasi tersebut, masyarakat memang tidak bisa menggunakan air tanah karena sudah tidak layak konsumsi. Sementara, PAM Jaya selaku operator pemasok air minum memiliki kesulitan dalam menyuplai air minum.
Direktur Utama PAM Jaya Arief Nasrudin mengungkap krisis air bersih di Rusun Marunda terjadi karena lokasi tower dari pipa besar terlalu jauh. “(Rusun) Marunda seperti Marunda Kepu, itu sudah terjauh dari pipa besar kita,” ujar Arief kepada wartawan, belum lama ini.
Krisis air bersih seperti ini mestinya menjadi perhatian serius pihak pemerintah. Pasalnya, tidak sedikit efek yang ditimbulkannya. Selain faktor kesehatan, ekonomi masyarakat pun betul-betul terganggu. Sebagai contoh, di Makasaar, ada satu keluarga yang harus menghabiskan uang sebesar Rp500.000 hanya untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih.
RS/negeriair.com