Tips Sederhana Menguji Air Layak Konsumsi

NA. Jakarta (4/3). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum menyatakan, air minum disebut aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi, dan radioaktif. Untuk masyarakat perkotaan yang sudah mendapatkan fasilitas air perpipaan, ini tidak jadi persoalan, sebab salah satu prosedur yang dijalankan PDAM adalah memastikan air yang mereka produksi aman secara kesehatan. 

Begitu juga masyarakat mampu yang terbiasa mengonsumsi air “pabrikan”, pasti tidak merasa perlu berpikir air yang mereka konsumsi sehat atau tidak. Tapi, bagaimana dengan masyarakat kurang mampu—yang tidak teraliri air perpipaan dan tak sanggup membeli air pabrikan? Bagaimana mereka bisa memastikan kalau tubuh mereka mengonsumsi air yang sehat?    

Dikutip dari laman resmi PT Aetra Air Jakarta, berikut ini tips sederhana dan murah yang dapat dilakukan masyarakat awam untuk menguji kualitas air; apakah layak dikonsumsi atau tidak..

Menggunakan teh

Bukan hanya enak dinikmati, teh ternyata bisa menjadi alat ukur, apakah air berkualitas atau tidak. Caranya, isi segelas air dengan segelas air teh lalu diamkan selama satu malam dalam keadaan gelas terbuka. Amati, apakah ada perubahan warna, terdapat lendiran, atau lapisan seperti minyak di permukaan air? 

Semakin cepat perubahan yang terjadi pada air teh, semakin tinggi juga kandungan kimiawinya. Jelas, air tersebut tidak layak dikonsumsi. Jika perubahannya lambat atau baru berubah setelah pengamatan satu malam, maka kandungan kimiawinya sedikit. Namun, ini pun tetap kurang baik untuk dikonsumsi. Air yang mengandung kesadahan atau logam tinggi bisa terlihat jika air teh berubah warna menjadi hitam, ungu, atau biru. 

Mendiamkan air

Cara kedua lebih mudah: Masukkan air ke dalam gelas, lalu tutup. Diamkan air tersebut selama lima hari. Setelah itu lihat, apakah ada perubahan warna atau tidak? Jika warna air berubah atau ada gumpalan warna putih atau hijau, maka air kurang baik secara biologis. Air yang baik akan tetap jernih meskipun disimpan selama lima hari. 

Semakin cepat terjadi perubahan warna atau adanya gumpalan, semakin tinggi kadar mikroorganisme atau bakteri berbahaya yang ada di dalam air tersebut. Tentunya, air seperti ini tidak layak dikonsumsi. Itulah cara sederhana untuk menguji kualitas air layak dikonsumsi atau tidak. Selamat mencoba!

RS/negeriair.com

Please follow and like us:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *