Pentingnya Air Minum Perpipaan
NA, Jakarta (15/3). Penelitian menunjukkan, teknologi perpipaan dinilai lebih aman dibandingkan teknologi Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) lainnya seperti pompa, sumur, dan mata air terlindungi. Kenapa demikian?
Penyediaan air minum aman harus dilakukan secara komprehensif dalam satu kesatuan rantai pasok. Mulai dari sumber sampai didistribusikan ke konsumen. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keamanan air adalah dengan melindungi sumber air, mengolah air baik pada jaringan distribusi, titik pengumpul dan titik konsumsi, serta memastikan air minum yang didistribusikan, diolah dan disimpan secara aman oleh rumah tangga.
Seperti dijelaskan dalam Journal of Virological Methods (2005), sistem perpipaan lebih aman karena pengolahan pada Instalasi Pengolahan Air (IPA) merupakan upaya tepat tersebarnya virus, bakteri, dan protozoa di dalam air. Proses desinfeksi pada air minum perpipaan memungkinkan hal itu terjadi. Adaya kadar residual klorin yang tepat mengindikasikan bahwa air aman dari mikrobiologi termasuk virus.
Untuk proses disinfeksi yang optimal, residual klor harus tersedia minimal di angka 0,5 mg/L dengan nilai pH air di bawah 8,0. Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 Tahun 2010 tentang Kualitas Air Minum mengatur bahwa batas maksimum kadar klorin pada air minum adalah 5 mg/L. Pada sistem perpipaan, residual klorin tersebut harus dapat dijaga selama air mengalir di sistem distribusi.
Bagaimana jika masyarakat menggunakan jenis teknologi bukan perpipaan seperti sumur galian, sumur bor, mata air terlindung dan Penampungan Air Hujan (PAH) sebagai sumber air minum? Agaknya, hal itu sulit untuk menjamin air yang dikonsumsi terbebas dari unsur-unsur bakteri, virus, atau kontaminan lainnya.
Maka itu, air minum perpipaan memegang peranan yang sangat penting dalam menjamin ketersediaan air yang sehat dan berkualitas. Tersedianya air minum yang aman adalah kunci utama untuk mewujudkan perilaku higiene yang sehat serta sanitasi yang aman.
RS/negeriair.com