Obat Awet Muda
Oleh: Rois Said*
NA, Jakarta (13/3). Generasi 1980-1990-an mungkin tidak asing dengan lagu Iwan Fals berjudul Obat Awet Muda. Dirilis pada 1982 dan masuk dalam album Opini, lagu berlirik sarkastis tersebut kurang lebih bercerita tentang gaya hidup kaum berada yang senang membeli “brondong”. Alasannya, kata Iwan, cara itu bisa membuat awet muda.
Gaya hidup seperti diceritakan Iwan Fals tentu tidak dibenarkan dari sudut pandang mana pun. Namun, kecenderungan untuk terlihat awet muda, boleh jadi, merupakan keinginan banyak orang. Jangan heran kalau psikologi masyarakat seperti ini dimanfaatkan sebagai bahan jualan oleh orang-orang bernaluri bisnis.
Produk-produk kecantikan dan kegantengan, kesehatan, pakaian, bahkan hingga produk makanan tidak sedikit yang mem-brandingproduknya bisa membuat—atau setidaknya memberi kesan—awet muda bagi konsumennya. Ada pula panti pijat, salon kecantikan, totok aura, atau treatment lainnya yang menawarkan janji serupa.
Tagline “obat awet muda”, “membuat awet muda”, atau sejenisnya juga berlaku di dunia spiritual—bahkan keberadaannya mungkin lebih primitif. Misalnya, dukun tertentu mem-branding diri bahwa setetes air yang dia beri mantra bisa membuat si pasien menjadi awet muda.
Dengan tagline yang sama, dunia spiritual bahkan mengkonstruksi tempat-tempat alami tertentu sebagai sesuatu yang bisa membuat orang yang mendatanginya bakal awet muda. Indonesia rasanya paling kaya untuk urusan kepercayaan seperti ini.
Gua Pindul di Yogyakarta, misalnya. Gua indah sepanjang 350 meter ini dipercaya memiliki tetesan air stalaktit yang bisa membuat awet muda siapa pun yang meminumnya. Masih di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, ada juga Umbul Manten di Kabupaten Klaten yang mata airnya dipercaya bisa membuat awet muda. Konon, dengan berendam kolam mata air ini orang bisa menjadi awet muda.
Kepercayaan yang kurang lebih sama juga terdapat di salah satu tempat yang disucikan Suku Tengger, yaitu Gua Widodaren Bromo. Di Malang, Jawa Timur, ada Pemandian Wendit yang jika berendam di sini ini konon akan berumur panjang serta awet muda. Di Wendit memang ada waktu yang spesifik untuk melakukannya, yaitu Bulan Syawal dalam kalender Islam.
Spiritualitas semacam ini ternyata bukan hanya terjadi di Pulau Jawa. Di Sumatera, ada Lembah Anai Padang, yang jika membasuh wajah dengan airnya katanya bisa menjadi awet muda. Atau Bale Petirtaan di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB). Kolam pemandian ini sering disebut “air muda” karena diyakini berkhasiat membuat awet muda.
Masih banyak cerita dan kepercayaan yang sama yang tidak perlu disebutkan satu persatu. Uniknya, meski kepercayaan seperti ini bersifat lintas agama, tetapi ada benang merah yang sama dalam hal media kepercayaan, yaitu air yang menjadikan awet muda.
Banyak penjelasan religius yang menceritakan tentang air dengan khasiatnya. Namun, dari sudut pandang ilmu kesehatan pun, air dalam kadar dan kualitas yang baik memang sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh.
Dikutip dari berbagai situs kesehatan, air putih yang bebas kalori dan gula merupakan pilihan paling sehat. Ia menjaga tubuh tetap memiliki cairan yang cukup, sekaligus mengatasi gangguan pada fungsi pencernaan dan penyerapan makanan, sirkulasi, dan ginjal. Tak kalah penting, air bisa mempertahankan suhu tubuh tetap normal.
Bukan hanya itu, air juga membantu memberikan energi pada otot dan melumasi sendi-sendi agar tetap lentur. Untuk diketahui, ketidakseimbangan cairan dapat memicu kelelahan pada otot. Di sisi lain, air juga membantu mengendalikan asupan kalori tubuh. Minum air putih jauh lebih baik dalam mencegah peningkatan berat badan dibandingkan minuman yang mengandung tinggi kalori.
Mengonsumsi air putih juga mampu menjaga kesegaran kulit serta melindungi saraf tulang belakang dan jaringan sensitif pada tubuh lainnya. Bukankah kondisi-kondisi yang disebutkan terakhir adalah representasi dari awet muda? Jadi, mana yang benar? Air atau kesucian tempatnya yang mampu membuat awet muda?
*Penulis adalah seorang jurnalis, freelancer penulis skenario, yang mantan guru.