Alternatif Disinfeksi yang Ramah bagi Air Minum

NA, Jakarta (19/6). Para ahli di Jerman mencari alternatif pengganti gas klorin dalam proses disinfeksi air olahan. Upaya ini dilakukan karena terstimulus oleh kenyataan bahwa penggunaan gas klorin—yang selama ini marak dilakukan—ternyata membawa risiko yang tidak kecil (Baca juga artikel: Menimbang Manfaat dan Risiko Gas Klorin)

Elektro-klorinasi atau electro-chlorination kemudian lahir sebagai solusi alternatif. Elektro-klorinasi adalah sistem pembuatan disinfektan berupa natrium hipoklorit (NaOCl) secara on-site (langsung di tempat). Tidak seperti gas klorin, natrium hipoklorit bukan bahan berbahaya, sehingga dapat disimpan dan dipakai dengan aman.

Sistem elektro-klorinasi ini terus dikembangkan oleh kalangan industri di Eropa. Di Indonesia, PT Glory Citra Muda Perkasa terus memperkenalkan sistem elektro-klorinasi spesifikasi termaju kepada PDAM-PDAM secara intensif. Menurut Direktur PT Glory Citra Muda Perkasa Teddy Gatot, dengan sistem elektro-klorinasi, faktor risiko yang dibawa dalam penggunaan gas klorin dapat dihilangkan. 

“Bahkan, kualitas air dapat ditingkatkan dari segi rasa dan bau, karena natrium hipoklorit tidak menyengat. Kandungan residu klorin stabil dan bisa melewati rangkaian pipa distribusi yang panjang,” kata Teddy, saat berbincang dengan negeriair.com, di Hotel Grand Hyatt Jakarta, Jumat (16/6).

Keunggulan lain dari elektro-klorinasi adalah mampu membunuh organisme super, menghilangkan biofilm, dan mengurangi terbentuknya tri halo methane (THM) yang bersifat karsinogenik (penyebab kanker). Dibanding penggunaan gas klorin yang memerlukan alat klorinator dan pelbagai alat pengaman seperti auto shut-off dan Scrubber system, sistem elektro-klorinasi memerlukan ruangan yang kecil dan ringkas.

Di atas semua itu, bagi Teddy, sangat penting untuk menegaskan paradigma dalam industri air minum; bahwa faktor safety atau keamanan seharusnya selalu menjadi prioritas utama.

“Pengolahan air agar aman dikonsumsi adalah demi kesehatan manusia. Logikanya, jangan sampai proses pengolahan air itu sendiri membahayakan jiwa manusia,” ujarnya.

Di Malaysia, sistem elektro-klorinasi sudah dipakai oleh sejumlah utilitas di Malaka, Sabah, Sarawak, Kelantan, dan Negeri Sembilan. Di Brunei Darussalam, sistem ini juga telah digunakan. Syarikat Air Malaka Berhad yang beralih ke elektro-klorinasi sejak 2011, memakai sistem kapasitas besar yang menghasilkan Klorin Equivalen 16 kilogram per jam untuk disinfeksi 835 liter per detik air. 

Bagaimanapun, sistem elektro-klorinasi merupakan sebuah inovasi yang menjanjikan keamanan dan efisiensi jangka panjang. Rasanya hal ini patut dipertimbangkan oleh PDAM sebagai pengganti sistem klorinasi, terutama jika mengingat keselamatan dan kesehatan masyarakat menjadi prioritas pelayanan PDAM.

Rois Said/negeriair.com

Please follow and like us:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *