Basilica Cistern: Bukti Sejarah Panjang Perairminuman Dunia

NA, Jakarta (28/6). Fakta bahwa air adalah kebutuhan dasar umat manusia, dan karena itu harus dikelola dengan baik, tidak hanya baru disadari di zaman modern seperti sekarang. Upaya tersebut ternyata sudah dilakukan di era Bizantium, sekitar abad ke-6 Masehi.  

Istanbul merupakan salah satu kota yang berada di Turki. Dahulu dikenal dengan nama Konstantinopel, dan berada di bawah kekuasaan Imperium Romawi. Dalam catatan sejarah, Konstantinopel adalah satu kota yang memegang peranan penting, tidak hanya di Eropa melainkan juga di dunia. Apalagi secara geografis letaknya sangat strategis, yaitu berada di antara semenanjung Golden Horn dan Selat Bosphorus.

Sebagai bukti, hingga saat ini di sana tersimpan banyak artefak dan situs-situs sejarah yang menunjukkan peranan kota ini di dalam percaturan dunia pada masa lalu. Salah satu yang menarik adalah situs perairminuman kuno yang berada di bawah tanah. Namanya Basilica Cistern. Orang Turki menyebutnya Yerebatan Sarnici, yang berarti “waduk bawah tanah”. 

Basilica Cistern adalah bangunan kokoh di bawah tanah yang berfungsi menjadi penampungan air bersih di era Bizantium. Daya tampungnya lumayan besar, yakni 100.000 ton air bersih atau sekira 100 meter kubik. Dibangun pada abad tahun 532 Masehi atas perintah Kaisar Justinianusius I atau Yustinianusius yang Agung, Basilica Cistern menampung air bersih yang digunakan untuk menyuplai kebutuhan Istana Topkapi. 

Meski terbatas untuk kalangan istana, setidaknya kita bisa melihat bahwa sejak zaman kuno pun sudah ada kesadaran bahwa air bersih perlu dikelola dengan baik dan serius. Hal ini tampak dari konstruksi waduk yang tidak main-main. Basilica Cistern berbentuk kolam raksasa bawah tanah seluas 9.800 meter persegi. Untuk menyokong atap kolam, digunakan 338 buah tiang setinggi 9 meter yang terbuat dari marmer. Beberapa bagian dari tiang tersebut ternyata berasal dari reruntuhan bangunan Romawi yang sudah tak terpakai lagi, seperti kepala Medusa.

Dua motif pembangunan

Berdasarkan sejumlah informasi, setidaknya ada dua motif dasar yang melandasi pemikiran Kaisar Yustianusius untuk membangun Basilica Cistern. Disebutkan, pada tahun 532 Masehi terjadi peperangan besar di wilayah Konstantinopel. Dalam peperangan tersebut, salah satu strategi yang digunakan untuk melumpuhkan musuh adalah dengan menaburkan racun ke sejumlah titik aliran air. 

Strategi ini memang cukup efektif, tetapi dampak yang ditimbulkan juga tidak main-main. Pasokan air bersih di wilayah tersebut praktis menjadi berkurang. Selain itu, muncul pula wabah penyakit berkepanjangan yang tentu saja mengkhawatirkan. 

Karena itulah, Kaisar Yustianusius menurunkan perintah untuk membangun sebuah tempat penampungan air bersih. Tujuannya, agar kebutuhan air bersih di Istana Topkapi tetap terjamin tanpa khawatir tercemar racun berbahaya. 

Maka, dibuatlah waduk bawah tanah Basilica Cistern atau Yerebatan Sarnici. Awalnya, bangunan ini adalah sebuah tempat pertemuan dan pusat kesenian yang dibangun oleh Kaisar Konstantin yang memerintah sebelum Kaisar Yustianusius. Karena kondisi yang ada, Yustianusius memutuskan untuk menggunakannya sebagai penampungan air bersih. Luas bangunan pun ditambah menjadi sebesar dua kali lapangan sepakbola.   

Selain faktor peperangan, motif lain yang mendasari pembangunan Basilica Cistern adalah faktor alam. Diketahui, Konstantinopel cukup memiliki masalah dalam hal penyediaan air bersih. Hal ini disebabkan oleh faktor cuaca yang ada di wilayah ini. Tercatat, sepanjang musim panas, Istanbul memiliki suhu rata-rata sekitar 29 °C (84 °F) dan jarang terjadi hujan. Hanya ada sekitar lima belas hari dengan presipitasi yang dapat diukur antara bulan Juni dan Agustus. 

Itulah sebab, Kaisar Yustianusius memutuskan untuk membuat Basilica Cistern. Ia rupanya ingin memastikan agar pasokan air bersih untuk Istana Topkapi tetap terjaga. Hingga saat ini pun, kota ini memiliki banyak aquaduct atau saluran air dan cistern atau tempat penampungan air.

negeriair.com/berbagai sumber

Please follow and like us:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *