Karya Besar yang Hilang dan Dilupakan
NA, Jakarta (28/6). Basilica Cistern boleh disebut sebagai sebuah karya besar. Hal ini tidak lepas dari kebesaran nama sang kaisar sendiri. Diketahui, Yustinianusius yang Agung merupakan salah satu tokoh terpenting pada abad kuno. Ia adalah Kaisar Romawi Timur (Bizantium) yang berkuasa dari tahun 527 hingga 565.
Pada masa kekuasaannya, ia berusaha mengembalikan kejayaan kekaisaran dan menaklukkan kembali bagian barat Kekaisaran Romawi. Masa kekuasaannya ditandai dengan restorasi kekaisaran (renovatio imperii) yang ambisius. Ambisi ini ditunjukkan melalui pemulihan sebagian wilayah Kekaisaran Romawi Barat, termasuk kota Roma sendiri.
Tak heran jika budaya Bizantium mampu berkembang pesat justru pada masa kekuasaan Kaisar Yustianusius. Hal ini ditandai dengan program-program pembangunan yang melahirkan karya-karya besar. Kita, misalnya, bisa menikmati Hagia Sophia hingga hari ini tidak lepas karena buah pemikiran dan ambisi Sang Kaisar. Ya, berkat pembangunan kembali yang digagasnya, Hagia Sophia mampu menjadi pusat Ortodoks Timur selama berabad-abad.
Bukan hanya itu, pada masa kekuasaan Yustianusius jugalah ditulisnya hukum Romawi Corpus Juris Civilis. Ini adalah kitab hukum yang masih menjadi dasar bagi hukum masyarakat di negara-negara modern hingga saat ini. Selain itu, tentu saja, Basilica Cistern yang sedang kita bicarakan adalah buah karyanya yang tidak kalah penting.
Sayangnya, Basilica Cistern sempat dilupakan dan bahkan ditelantarkan seiring jatuhnya kekuasaan Bizantium ke tangan Kesultanan Ottoman (Utsmaniyah). Bahkan, waduk bawah tanah ini pada akhirnya benar-benar terkubur dan dilupakan orang.
Baru pada tahun 1545 waduk itu ditemukan lagi oleh sejarawan Perancis bernama Peter Gyllius. Saat itu, Peter Gyllius sedang meneliti bangunan-bangunan kuno di Istanbul. Ia mengetahui bahwa ada warga kota yang mendapat air hanya dengan menurunkan ember di ruang bawah tanah mereka. Kadang-kadang mereka juga mendapatkan ikan.
Peter Gyllius lalu melakukan penyelidikan dan mendapati sebuah kolam besar. Sayang, tempat tersebut telah menjadi tempat pembuangan sampah yang penuh dengan lumpur. Pada 1980-an, barulah pemerintah Turki berupaya membersihkan tempat penampungan air itu dan melakukan renovasi besar-besaran.
Kini, Basilica Cistern dapat kembali dinikmati sebagai objek wisata. Lampu-lampu temaram dipasang di tiang-tiang. Jembatan kayu dibangun di sekeling kolam, sehingga wisatawan dapat menyusuri kolam sambil melihat ikan-ikan berenang. Di tempat ini pula konser-konser musik klasik sering diselenggarakan.
negeriair.com/berbagai sumber