Air Tanah Terancam, Air Tanah Mengancam
NA, Bekasi (13/3). Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan (PATGTL) Badan Geologi belum lama ini mengabarkan, wilayah Bandung Raya terancam krisis air tanah. Kepala PATGTL Badan Geologi Rita Susilawati bahkan mengkategorikan kondisi air tanah di Ibu Kota Jawa Barat sebagai kritis hingga rusak.
“Berdasarkan sumur pantau air tanah, muka air tanah artesis di Bandung telah turun lebih dari 40 meter di bawah muka tanah,” ujar Rita, seperti dikutip dari Media Indonesia.
Rusaknya air tanah tampaknya menjadi problem yang terus mengancam, terutama bagi daerah-daerah urban. Dalam banyak kajian, Jakarta sudah lebih dulu mengalaminya. Tingginya laju pertumbuhan penduduk diyakini menjadi faktor penting yang menyebabkan terjadinya krisis air tanah.
Kenapa demikian? Tingginya populasi tentu beriringan dengan meningkatnya kebutuhan pangan dan air bersih dan layak. Seperti disampaikan Rita, penurunan muka air disebabkan oleh pengambilan air tanah untuk berbagai keperluan, terutama industri, hotel, dan faktor lainnya.
Di sisi lain, pembangunan infrastruktur yang dilakukan secara besar-besaran, juga industrialisasi di sana-sini, semakin mempersempit daerah-daerah resapan air. Artinya, terjadi ketimpangan antara air yang diambil dengan air yang tertampung oleh tanah.
Kondisi seperti ini bukan hanya mengancam terjadinya krisis air bersih. Cadangan air tanah yang menipis ini menyebabkan permasalahan lain, yaitu melemahnya tingkat kekuatan tanah untuk menampung beban di atasnya. Inilah yang terjadi di Jakarta. Pelemahan tanah membuat permukaan tanah di Jakarta selalu turun secara signifikan. Dalam satu tahun tinggi muka tanah di Jakarta turun 18 sentimeter hingga dikhawatirkan akan tenggelam.
Maka itulah, perlu upaya semua pihak untuk mengatasi persoalan seperti ini. Air harus dikelola dengan benar-benar bijak. Sebab, air tanah yang terancam akan mengancam kita juga pada akhirnya.
RS/negeriaiar.com