Qatar, Negara Paling Kering di Dunia
NA, Jakarta (25/3). Selama ini, banyak orang masih berpikir kalau negara-negara Afrika sampai saat ini masih menjadi negara paling kering. Dugaan itu ternyata keliru. Laporan terbaru dari World Resource Institute’s Aqueduct Water Risk Atlas yang dipublikasikan oleh situs bloombreg belum lama ini menyatakan, negara teratas yang memiliki risiko krisis air di dunia adalah Qatar.
Negara di semenanjung Teluk Arab yang memiliki luas wilayah 11.521 kilometer persegi ini sebenarnya merupakan negara kaya. Sejak merdeka pada 1971, Qatar menjadi negara produsen minyak bumi dan gas paling berpengaruh di dunia. Namun, kekayaan sumber energi tersebut berbanding terbalik dengan keberadaan sumber daya air (SDA) yang dimilikinya.
Secara geografis, Qatar memiliki iklim gurun. Pada musim panas suhu di Qatar mencapai 40 derajat Celcius. Sementara di musim dingin pun tetap hangat. Kondisi ini berpadu sempurna dengan minimnya tingkat curah hujan di negara Islam ini. Menurut badan meteorologi setempat, Qatar memiliki tingkat curah hujan sebanyak 82 mm per tahun.
Di sisi lain, sebagian besar wilayah Qatar adalah dataran berbatu yang tertutup batu kapur rendah seperti yang terdapat di Jebel Dukhan dan Jebel Fuwairit. Sedikit sekali danau, waduk, ataupun area-area yang bisa menjadi tempat penampungan air alami.
Sementara, perilaku masyarakat Qatar yang pada 2022 berpenduduk 2,9 juta jiwa cenderung boros dalam menggunakan air. Mereka bahkan menduduki peringkat tertinggi dunia sebagai negara dengan tingkat pemakaian air tertinggi. Tercatat, setiap rumah tangga bisa menghabiskan air sebanyak 430 liter per hari untuk berbagai keperluan domestik.
Semua kondisi itulah yang menempatkan Qatar sebagai negara dengan risiko krisis air tertinggi di dunia. Lantas, bagaimana mereka memenuhi kebutuhan atas air minumnya? Tidak ada jalan lain selain melakukan desalinasi, atau menyuling air laut menjadi air tawar.